Overthinking: Mengapa Kita Sering Terjebak dalam Pikiran Sendiri?

Overthinking: Mengapa Kita Sering Terjebak dalam Pikiran Sendiri?

Pendahuluan

Pernahkah kamu merasa tidak bisa tidur karena terlalu memikirkan sesuatu yang belum tentu terjadi? Atau, merasa stres karena memikirkan berbagai kemungkinan buruk dari satu keputusan kecil? Inilah yang disebut overthinking — kondisi di mana seseorang terlalu lama dan terlalu dalam memproses suatu pikiran, bahkan hingga berdampak negatif terhadap kesehatan mental.

Dalam dunia psikologi, fenomena ini menjadi salah satu topik menarik untuk dikaji, terutama bagi mahasiswa atau calon mahasiswa S1 Psikologi yang tertarik mendalami bagaimana pikiran dan emosi manusia saling memengaruhi. Artikel ini akan mengulas secara mendalam tentang overthinking, penyebabnya, serta bagaimana psikologi menjelaskan mengapa kita sering terjebak dalam pikiran sendiri.

Apa Itu Overthinking?

Overthinking adalah kecenderungan seseorang untuk terus-menerus memikirkan suatu masalah, skenario, atau kemungkinan hingga melewati batas yang wajar. Pikiran yang terus berputar ini biasanya tidak disertai tindakan nyata, dan justru membuat seseorang merasa lelah secara emosional.

Ciri-ciri overthinking antara lain:

  • Terus memikirkan keputusan kecil dan takut salah langkah
  • Sering membayangkan skenario terburuk
  • Sulit fokus karena pikiran bercabang ke banyak hal
  • Merasa hati dan pikiran tidak sinkron artinya: emosi tidak sesuai dengan logika

Overthinking bukan hanya sekadar berpikir terlalu lama, tetapi bisa berujung pada gangguan seperti kecemasan, stres kronis, dan bahkan depresi jika tidak ditangani dengan baik.

Apa Pandangan Psikologi Terkait Overthinking?

Dalam ilmu S1 Psikologi, overthinking dikaji dari berbagai pendekatan, seperti psikologi kognitif, klinis, dan bahkan neuropsikologi.

1. Psikologi Kognitif

Pandangan ini menyoroti bagaimana individu memproses informasi. Overthinking bisa terjadi karena distorsi kognitif, seperti:

  • Catastrophizing: membayangkan hasil paling buruk dari suatu situasi
  • Rumination: mengulang-ulang pikiran negatif tanpa mencari solusi

2. Psikologi Klinis

Dari sudut ini, overthinking sering dikaitkan dengan gangguan kecemasan atau depresi. Dalam beberapa kasus, terapi kognitif-perilaku (CBT) sangat efektif untuk membantu individu melawan pikiran sendiri yang merugikan.

3. Neuropsikologi

Studi otak menunjukkan bahwa individu yang overthinking memiliki aktivitas berlebihan di area prefrontal cortex — bagian otak yang berperan dalam pengambilan keputusan dan refleksi diri.

Mengapa Sering Overthinking?

Ada banyak faktor yang membuat seseorang rentan terhadap overthinking. Berikut adalah beberapa di antaranya:

Faktor Psikologis

  • Rendahnya self-esteem: Kurang percaya diri bisa membuat seseorang ragu dan terus-menerus mengevaluasi keputusan.
  • Perfeksionisme: Takut membuat kesalahan menjebak kita dalam pola pikir yang berputar-putar.

Faktor Lingkungan

  • Tekanan sosial dan akademik: Mahasiswa sering memikirkan hal yang belum tentu terjadi, seperti takut gagal atau tak mampu memenuhi ekspektasi.
  • Lingkungan negatif: Dukungan sosial yang minim dapat memperburuk kecenderungan overthinking.

Faktor Biologis

  • Aktivitas otak yang tidak seimbang atau faktor genetik juga bisa memicu pola pikir obsesif.

Mengapa Kita Sering Terjebak dalam Pikiran Sendiri?

Sering kali, pikiran sendiri menjadi musuh terbesar kita. Alih-alih menyelesaikan masalah, overthinking justru memperparah keadaan. Inilah beberapa alasan kenapa hal ini bisa terjadi:

1. Otak Kita Dirancang untuk Bertahan

Manusia cenderung memikirkan skenario terburuk sebagai bentuk pertahanan diri. Tapi jika tidak dikendalikan, ini berubah menjadi overthinking.

2. Ketidaksinkronan Hati dan Pikira

Saat hati dan pikiran tidak sinkron, kita cenderung bingung, gelisah, dan sulit mengambil keputusan. Akibatnya, kita memilih untuk terus memikirkan tanpa bertindak.

3. Kurangnya Pemahaman Diri

Inilah mengapa penting belajar di S1 Psikologi. Salah satu fondasi psikologi adalah mengenal diri sendiri — emosi, pikiran, dan mekanisme coping yang sehat.

 Ingin memahami lebih dalam tentang overthinking dan cara mengatasinya?
👉 Yuk daftar di S1 Psikologi Telkom University dan pelajari langsung dari ahlinya!

🧭 Lokasi strategis:
📍 Jl. Telekomunikasi No. 1, Terusan Buah Batu, Bandung
📌 Lihat di Google Maps

📱 Instagram: @psychology.telu
🌐 Website: http://bpsy.telkomuniversity.ac.id

FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

Q: Apakah semua orang bisa mengalami overthinking?
A: Ya, overthinking adalah reaksi alami, namun jika terus-menerus, bisa menjadi masalah psikologis.

Q: Apa bedanya overthinking dan refleksi diri?
A: Refleksi diri bertujuan untuk evaluasi positif, sementara overthinking sering terjebak pada rasa takut atau penyesalan.

Q: Apakah mahasiswa S1 Psikologi belajar cara mengelola pikiran negatif?
A: Tentu. Mahasiswa akan belajar teknik CBT, mindfulness, hingga intervensi klinis berbasis evidence.

Jika kamu tertarik untuk membangun karier di bidang kesehatan mental, sosial, atau pendidikan, memilih S1 Psikologi adalah langkah awal yang sangat tepat. Yuk, mulai perjalananmu bersama Telkom University sekarang juga!

🔍 Cari jurusan yang membantu kamu memahami cara kerja pikiran dan emosi?
🎓 Gabung sekarang di S1 Psikologi Telkom University — langkah awal untuk mengenal dirimu dan membantu orang lain!

Tags : S1 Psikologi  |Psychology

Elzara Diva Jelita Salamena – Direktorat Pusat Teknologi Informasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *